Baby's Breath Chapter 21
Tittle : Baby's Breath
Cast(s) : Baekhyun and Chanyeol, with EXO as Cameos
Disclaimer : I don't own anything . Story belong to Jindeul .
Note : Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Amusuk dan Yaoi_fanboyBaby's Breath [Indonesia] https://www.asianfanfics.com/story/view/390422/baby-s-breath-indonesian-indonesian-exo-translation-baekhyun-chanyeol-baekyeol-chanbaek
Baby's Breath [English/The Real] http://www.asianfanfics.com/story/view/378771/baby-s-breath-angst-romance-exo-baekhyun-chanyeol-baekyeol-chanbaek
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baby’s Breath
Baby’s Breath
Baby’s Breath”, bunga klasik yang biasa dipakai sebagai pengisi korsase, buket, dan rangkaian bunga lainnya.
Melambangkan kesucian, ketulusan, dan kebahagiaan; alasan utama mengapa florist menggunakannya bersama
dengan mawar, simbol teramat kuat cinta sejati.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Deskripsi : Namaku Byun Baekhyun.
Saudara tiriku Park Chanyeol.
Aku adalah kapten tim sepak bola sekolah kami dan peringkatku juga tinggi, kurang lebih.
Saudara tiriku mempunyai IQ 65 “di bawah rata-rata”. Dia menjalani home-schooling selama sebagian besar hidupnya. Ya, dia mengalami keterbelakangan mental. Lumpuh secara intelektual. Cacat secara jasmani. Terserah kau menyebutnya apa. Dia tidak berbuat banyak dalam hidupnya selain menyirami tanaman di toko bunga milik keluarga kami dan berusaha memecahkan soal matematika kelas dua. Dia masih menghitung dengan jari.
Hidupku berubah, sedikitnya, semenjak kepindahannya ke rumah kami.
Namaku Byun Baekhyun dan aku ingin saudara tiriku yang bodoh ini menghilang.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Desember tiba lebih cepat dari yang Baekhyun harapkan. Minggu-minggu setelah kepergian Chanyeol tak dapat dipungkiri meninggalkan lubang yang tidak dapat diperbaiki di hatinya, tetapi selagi dunia berputar, waktu pun menyembuhkan sebagian luka. Baekhyun mulai menata jalan menuju masa depannya kembali tanpa banyak mengkhawatirkan soal Chanyeol, karena dia harus berhenti menggunakan saudara tirinya sebagai tongkat penopangnya sebelum ia lupa bagaimana caranya berjalan seorang diri.
Tetapi, sekali lagi hidup membuatnya bosan.
Dia sudah mulai bermain sepak bola lagi bersama kawan-kawannya dan bertanding dalam beberapa pertandingan kecil, namun segelintir kegembiraan yang ia rasakan saat berlari ke dalam lengan Chanyeol setelah mencetak gol atau saat melihat saudara tirinya bersorak untuknya dari bangku penonton, kini menghilang. Saat sepak bola tak lagi cukup menghabiskan waktunya, ia pun mulai belajar dan lulus ujian masuk dengan hasil yang sangat memuaskan. Ia pikir ia tidak mengerjakannya dengan baik, tapi ibunya tetap mendukung. Jujur, dia tidak ingin mengecewakan ibunya setelah beliau mulai mengikuti acara Minggu lagi untuk berdoa agar setidaknya salah satu kampus Ivy League menerima puteranya.
Setelah ujian masuk berakhir, para senior, termasuk Baekhyun, mulai mengembangkan kebiasaan untuk membolos kelas dan menjalani hari-hari terakhir kebebasan mereka dengan serampangan sebelum kuliah. Tidak ada yang benar-benar berubah dengan lingkaran pertemanannya setelah Chanyeol pergi.
Luhan harus kembali ke Cina minggu kemarin saat orang tuanya berpikir bisnis mereka tidak berjalan mulus di Korea, maka mereka pergi. Yah, bagian terpentingnya yaitu, Luhan telah meninggalkan Sehun, dan Sehun sangat depresi sampai-sampai menolak keluar sepulang sekolah. Meski ada satu hal yang tidak berubah darinya: Sehun tidak pernah berhenti menjadi sukarelawan, pekerjaan yang ia ambil saat berpacaran dengan Luhan.
Jongin... Jongin masih tetap sama, kurang lebih, tapi dia mulai berkencan dengan seorang gadis bernama Jung Soojung dari SMA khusus perempuan dekat sana. Gadis itu luar biasa cantik dan tidak heran kalau Jongin berpacaran dengannya, tapi dia semacam—
“Perempuan jalang.” Baekhyun mendesah, “Dia perempuan jalang, Jongin. Putuskan saja dia.”
“Hei,” Jongin mengernyit, meninju temannya di bahu (hanya untuk membuktikan statusnya sebagai pacar yang defensif, tidak lebih), “aku tahu ini baru tiga hari atau sekitarnya, tapi dia keren.”
“Tidak, dia jalang. Dia bukan tipe gadis yang mau kau bawa ke rumah pada ibumu.”
“Aku tahu, man,” Jongin menghela napas, tapi Baekhyun menangkap tatapan temannya itu yang menyuruhnya untuk mengganti topik. Ia tidak tahu apa yang Jongin lihat dari gadis yang bermasalah seperti itu, tapi sekali lagi, Jongin punya selera yang aneh dan insting natural untuk mendekati bahaya. Ia tak pernah mengerti itu, tapi ia pikir itu hanya—Jongin merasakan sesuatu pada Soojung yang tidak dapat dimengerti siapapun.
Ia melirik jam tangannya dan menghembuskan napas, napasnya bergulung menjadi embun di udara. Akhir-akhir ini cuaca begitu dingin, mereka harus memakai setidaknya tiga lapis pakaian di balik seragam sekolahnya dan menyimpan lip balm di sakunya supaya bibir mereka tidak pecah-pecah karena cuaca. Sejak salju pertama bulan lalu, nyaris tiap hari turun salju.
“Kita harus menjenguk Sehun,” katanya pada Jongin saat mereka berjalan ke arah apartemen Sehun. Setelah kepergian Luhan, pernah dia dan Jongin mengunjungi Sehun dan menemukan teman mereka itu muntah di toilet dengan botol-botol soju berserakan di lantai kamar mandi. Benar-benar menyedihkan, betapa Sehun kehilangan Luhan saat tidak satupun orang tuanya pernah ada di rumah. Meski telah mengenal Sehun bertahun-tahun, Baekhyun tidak pernah melihat orang tuanya karena mereka selalu keluar, entah berjudi atau minum-minum dengan pria dan wanita lain. Baekhyun ingat pernah berkunjung ke apartemen Sehun dulu dan menemukan kulkasnya penuh berisi alkohol dan makanan pembuka untuk bir, juga beberapa kontainer plastik berisi makanan sampingan yang sudah busuk.
Dia ingat Sehun tersenyum dan menunjukkan padanya kabinet lain di bawah bak cuci tempat dia menyimpan suplai makanannya, yang terdiri dari ramen dan makanan instan yang tidak akan busuk. Setelahnya, Baekhyun tidak pernah mengejek Sehun kapanpun ia makan dua kali lebih banyak daripada anak-anak lain di sekolah.
Tepat setelah ia berpikir segalanya mulai membaik di sekitar Sehun setelah Luhan setuju untuk berkencan dengannya, semua malah bertambah buruk.
Untung saja, saat ia dan Jongin mampir di apartemen Sehun, mereka menemukannya sedang melemaskan badan di taman bermain. Lagipula Sehun tidak pernah suka tinggal di rumah. Ketiganya membeli dukbokki dan kimbap di restoran terdekat dan Sehun—dengan senyum cerahnya—memaksa membayari makan malam mereka. Jongin dan Baekhyun tidak bisa apa-apa selain saling lirik sementara Sehun mengeluarkan uangnya kusut dari sakunya, menahan seluruh antrian saat ia membuka lipatan uangnya dan menghitungnya satu per satu.
Jongin menawarkan diri untuk menginap di tempat Sehun, yang membuat Baekhyun tenang karena dia tahu Sehun tidak akan menghabiskan semalam lagi dalam kesendirian dan ia bisa pulang secepatnya untuk mengecek kotak suratnya.
Selain di waktu-waktu Baekhyun menanti majalah game langganannya yang terbaru, ia tak pernah menunggu sesemangat ini demi sebuah surat. Ibunya juga tidak menduga, ia selalu berhenti di kotak pos dulu dan menyerahkan pada beliau tagihan-tagihannya. Lalu, ia akan menggigit amplop warna krem itu dengan giginya dan buru-buru ke kamar untuk membukanya.
Hari itu hari Selasa, berarti Chanyeol mengirimkan suratnya di akhir pekan. Ia mengecek kotak surat tiap hari, dan ada waktu-waktu di mana Baekhyun sengaja menunggu di luar dengan masih mengenakan piyama, menunggu tukang pos mengantarkannya surat-surat mereka.
Karena telepon tidak diperbolehkan di luar jam-jam saat Baekhyun tidak sedang belajar, dia dan Chanyeol saling berkirim surat satu sama lain, berharap itu akan mengurangi jarak yang mereka rasakan di hati mereka yang tak dapat diisi oleh apa pun bahkan orang lain. Meski kadang-kadang Baekhyun kesulitan membaca tulisan Chanyeol karena kesalahan ejaannya, dia sadar bahwa kemampuan Chanyeol semakin meningkat sedikit demi sedikit.
Dengan semangat, Baekhyun berbaring di atas perutnya dan menyobek amplop, menemukan surat Chanyeol dilipat tiga kali di dalam. Seperti biasa, halamannya terisi penuh dengan kata-kata sampai ke tepi kertas seolah Chanyeol berusaha keras memuat semua yang ingin ia katakan ke dalam ruang kecil yang tersedia. Dia bahkan menulis di baliknya dan menggambar sesuatu untuknya.
Untuk Byun Baekhyun,
Baekhyun, bagaimana kabarmu? Aku baik-baik saja! Aku rindu sekali padamu. Nyonya di sini bilang aku bisa bertemu denganmu segera, kalau aku menunjukkan peningkatan atau sesuatu. Menyenangkan, bukan? Aku ingin tahu kalau kaki Baekhyun sudah baikan sekarang. Aku masih khawatir. Aku rindu es krim yang kita makan dan saat aku bermain game dengan Baekhyun. Kuharap kita bisa main lagi! Itu akan menyenangkan. Teman-teman di sini baik padaku, tapi mereka bukan Baekhyun jadi aku sedih kadang-kadang karena aku ingin main denganmu lagi. Mereka bilang aku dapat bermain denganmu kalau aku belajar dengan baik. Aku ingin tahu kapan itu? Aku ingin tahu kalau Baakhyun merasa sedih karena aku tidak di sana untuk memberitahunya untuk tersenyum dan senang. Aku ingin sebanyak-banyaknya kesenangan untuk Baekhyun. Aku akan menulis pada Baekhyun, surat yang lebih panjang lain kali karena mereka hanya memberiku selembar. Aku sayang Baekhyun!
Super Chanyeol
(Di baliknya ada gambar kue yang sangat berantakan entah kenapa)
Menyenangkan betapa Baekhyun dapat mendengar suara Chanyeol dalam kepalanya begitu ia membaca surat darinya. Tiap surat selalu ada yang berbeda dengan surat sebelumnya meskipun ia cenderung mengulang beberapa kata… tapi bagi Baekhyun, mereka semua unik karena ia hanya bisa membayangkan berapa lama yang dihabiskan Chanyeol untuk menulis setiap hurufnya dengan hati-hati seperti yang selalu ia lakukan.
Terkadang, Baekhyun menitikkan air mata saat membaca surat Chanyeol karena ia sangat merindukannya, tapi lebih sering ia tersenyum. Ia tersenyum dan menyobek salah satu halaman buku tulisnya untuk menulis surat balasan secepatnya juga.
Untuk Super Chanyeol,
Aku baik-baik saja, keke, aku rindu padamu juga, sangat… Menurutmu kau bisa datang saat Natal? Apa mereka akan mengizinkanmu mengunjungi kami, atau mungkin aku bisa datang mengunjungimu? Kadang-kadang aku agak khawatir, Chanyeol, karena aku mengikuti ujian masuk universitas bulan kemarin dan kupikir aku kurang baik mengerjakannya. Mungkin jika kamu di sini, kau akan memberitahuku bahwa tidak apa jika aku berakhir menjadi tukang angkut sampah atau apa. Keke, kapan kau akan pulang, kita bisa main game dan makan es krim semaumu, makanya, cepatlah pulang ya? Ibu bilang padaku bahwa kau mungkin bisa pulang sebelum tahun depan kalau kau bersikap baik… tapi kami masih berusaha memanggil pengacara. Apa kau tahu Yifan mencarikan kami pengacara yang akan membantu kami secara pro bono? Pro bono artinya gratis, omong-omong. Keke. Dan lagi, aku sangat merindukanmu. Tidak begitu menyenangkan di sini tanpamu… Omong-omong, di sana kau makan apa?
Byun Baekhyun
(Dia menggambar segelas susu di baliknya)
Ia mengirimkan suratnya sebelum berangkat sekolah keesokan paginya dan menunggu seminggu untuk balasannya, tapi di hari Selasa, dia pulang mendapati kotak surat yang kosong. Tentu masih ada surat-surat tagihan dan lain-lain, tapi amplop warna krem tidak ada di sana.
Ia menunggu seminggu lagi.
Tidak ada amplop krem.
0 Response to "Baby's Breath Chapter 21"
Post a Comment